Kasus Viral ‘Rahim Copot’: Obgyn yang Menangani Akhirnya Angkat Bicara soal Kondisi Pasien
2 mins read

Kasus Viral ‘Rahim Copot’: Obgyn yang Menangani Akhirnya Angkat Bicara soal Kondisi Pasien

Kasus viral ‘rahim copot’ yang kembali ramai dibahas setelah diceritakan dr Gia Pratama dalam sebuah podcast ternyata benar terjadi. Hal ini dibenarkan oleh Dr dr Christofani E SpOG, SubspFER, dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang menangani langsung kejadian tersebut sekitar 15 tahun lalu ketika ia masih menjadi residen di RSUD Slamet, Garut, Jawa Barat.

Dr Christo mengaku masih mengingat jelas momen mengejutkan itu. Saat berjaga, seorang pria datang membawa kantong kresek hitam. Ketika dibuka, isi kantong itu membuat seluruh ruangan terdiam—bagian rahim seorang ibu yang baru melahirkan.

“Kaget dan tidak percaya. Itu dua kata yang menggambarkan perasaan saya waktu itu,” ujar dr Christo saat dihubungi, Selasa (18/11/2025). Ia menegaskan bahwa kasus tersebut menjadi satu-satunya yang ia tangani sepanjang karier.

Menurut ceritanya, apa yang disampaikan dr Gia di podcast memang sesuai kenyataan. Paraji atau dukun beranak datang membawa kantong hitam tersebut, sementara pasien masih berada di luar kamar bersalin dalam kondisi kritis. Ketika diperiksa, rahim yang terbawa adalah bagian setengah dari puncak hingga badan rahim.

Begitu melihat kondisi pasien, tim medis segera memindahkannya ke ruang tindakan. Dr Christo menjelaskan bahwa pasien sudah berada dalam keadaan shock hipovolemik, kondisi darurat akibat kehilangan banyak darah sehingga fungsi jantung dan sirkulasi tubuh terganggu.

“Suasananya menegangkan karena kondisi ibu sangat kritis. Kami fokus melakukan resusitasi cairan dan secepat mungkin mempersiapkan operasi untuk menghentikan perdarahan,” jelasnya.

Penanganan kasus tersebut melibatkan lebih dari tiga dokter, termasuk dua residen lain, yakni dr Jonas Nara Baringbing dan dr Agus Pribadi.

Menurut dr Christo, secara medis rahim yang terlepas atau ‘copot’ bukanlah kondisi yang dapat terjadi secara alami. Kejadian tersebut terjadi karena tindakan keliru dari paraji yang menangani persalinan pasien. Paraji diketahui memaksa mengeluarkan plasenta secara paksa hingga sebagian rahim tertarik dan ikut keluar melalui vagina.

“Dalam kondisi normal rahim tidak mungkin terlepas dengan sendirinya. Pada kasus ini, terjadinya pemisahan rahim jelas karena perlakuan paraji,” tegasnya.

Ia pun memahami mengapa banyak warganet, bahkan sesama tenaga kesehatan, meragukan kebenaran cerita tersebut. “Saya pun akan merespons sama jika mendengar kejadian seperti ini. Karena secara medis memang mustahil tanpa tindakan eksternal.”

Beruntung, nyawa sang ibu berhasil diselamatkan meski bagian rahim yang terlepas tidak dapat dipasang kembali. Dr Christo berharap kasus ini menjadi pelajaran penting bagi masyarakat tentang risiko besar persalinan yang tidak ditangani tenaga kesehatan profesional.

“Kehamilan harus dipantau secara rutin dan persalinan sebaiknya dilakukan di fasilitas kesehatan yang kompeten agar komplikasi seperti ini tidak terulang,” pungkasnya.

Sumber : Detik.com