Lewat Bisnis Kuliner, Alumnus Ini Berdayakan Anak Muda hingga Petani
Menjalankan wirausaha bukan hanya tentang mengejar keuntungan, melainkan perjalanan panjang yang penuh dinamika, keberanian, dan pembelajaran tanpa henti. Seperti halnya yang dilakukan Difandi Wahyu Hibatur Rahman. Alumnus program studi Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR itu sukses menjalankan bisnis kuliner alpukat kocok MASPOKAT yang telah memiliki beberapa cabang di Surabaya dan Sidoarjo.
Ubah Kesulitan jadi Peluang
Difandi bercerita, tercetusnya bisnis kuliner MASPOKAT terbilang unik. Difandi justru memulai bisnis custom notebook dan binder bernama Tribook.id bersama kawan-kawannya saat ia SMA. Namun, pandemi COVID-19 yang membatasi gerak dan mobilitas membuat bisnis yang ia rintis itu mengalami penurunan. Enggan menyerah, bersama timnya, Difandi memutar otak untuk mengubah kesulitan menjadi peluang. Akhirnya, lahirlah bisnis baru tersebut pada tahun 2020 lalu.
Sebelum memulai bisnis MASPOKAT, ia melakukan riset pasar dan survei yang menyasar Generasi Z (Gen Z). Dari riset itu, ia menemukan bahwa Gen Z mulai bosan dengan minuman yang sempat viral seperti boba dan sejenisnya. “Jadi aku riset minuman olahan alpukat dari YouTube, Google. Akhirnya kita coba buat dan kita lempar ke pasar, sehingga banyak masukan, kurang apa, kita evaluasi, perbaiki, dan launching lagi,” ujarnya.
Tidak mudah bagi Difandi untuk merintis bisnis di usia yang masih sangat muda. Posisinya yang juga masih menjadi mahasiswa mengharuskannya membagi waktu, tenaga, dan pikiran agar bisnis maupun akademisnya tetap berjalan beriringan. “Jadi kalau tantangan selama kuliah memang keterbatasan waktu, ya. Apalagi dulu kuliah, menjalankan bisnis, lalu juga diamanahi jadi ketua himpunan, itu lumayan menantang. Tapi aku terbantu banget karena di bisnisku ada tim sehingga sudah kami delegasikan bagian-bagiannya,” jelasnya.
Ciptakan Dampak
Hingga saat ini, bisnis yang Difandi jalankan masih terus berkembang. MASPOKAT tidak hanya membawa keuntungan secara finansial, tetapi juga memberikan berbagai dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dari segi ekonomi dan sosial, MASPOKAT telah berhasil memberdayakan petani alpukat, juga membuka lapangan kerja bagi anak-anak muda.
“Kami juga memberdayakan teman-teman di sekitar, misalnya yang baru lulus SMK dan sedang mencari pengalaman dan pekerjaan. Kami berdayakan, kami latih jadi barista MASPOKAT, yang mana harapannya ke depan bisa memiliki basic skill dan punya pengalaman jika mau apply di pekerjaan lainnya,” ucapnya.
Pada sektor lingkungan, MASPOKAT juga seminimal mungkin membuang bagian dari alpukat. Biji alpukat yang dagingnya telah diambil, tidak dibuang begitu saja. Melainkan dikembalikan kepada petani sebagai benih untuk ditanam lagi. “Karena saat saya sharing dengan petani, ternyata mereka cukup kesulitan mendapatkan benih alpukat. Lalu untuk kulitnya kami jadikan pakan ternak,” imbuhnya.
Ia berharap, ke depan bisnis yang ia jalankan bisa terus berkembang dan apa yang ia usahakan dapat membawa manfaat bagi orang banyak. “Harapanku bisa membantu banyak orang, dan akan memberikan banyak impact untuk lingkungan,” harapnya.
