Mengenal Wayang Kulit, Dari Sejarah Hingga Diakui UNESCO
1 min read

Mengenal Wayang Kulit, Dari Sejarah Hingga Diakui UNESCO

Jakarta — Wayang kulit, seni bercerita khas Indonesia, memukau penonton lewat bayangan boneka dari kulit yang digerakkan dalang. Pertunjukan ini biasanya diiringi musik gamelan yang dimainkan oleh 20–40 musisi, menciptakan atmosfer magis bagi penonton.

Meskipun ceritanya sering diambil dari mitologi kuno dan folklore, kisah-kisah dalam wayang kulit bisa dimodifikasi agar relevan dengan zaman sekarang. Tidak heran, seni tradisional ini digemari semua kalangan, baik tua maupun muda.

Berikut beberapa fakta menarik tentang wayang kulit yang wajib Anda tahu:

1. Sejarah Wayang Kulit
Menurut pelestari wayang Ki Purbo Asmoro, sejarah wayang kulit berbeda-beda tergantung sumbernya. Buku-buku Barat mencatat keberadaan wayang kulit pertama kali pada abad ke-11, sementara catatan Jawa menelusuri asalnya hingga zaman kerajaan Kediri.

Prototipe pertama wayang dibuat dari kertas, lalu beralih ke kulit binatang pada zaman kerajaan Demak. Tradisi ini terus dipertahankan hingga kini.

2. Cerita Mengangkat Dewa dan Dewi Hindu
Pertunjukan wayang kulit sering mengambil kisah dari Mahabharata dan Ramayana, dua wiracarita Hindu. Tokoh-tokoh populer seperti pandawa lima—Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa—sering muncul dalam cerita.

3. Struktur Cerita Tiga Babak
Wayang kulit memiliki pola cerita tiga babak:

  • Pathet Nem: babak awal
  • Pathet Sanga: puncak cerita
  • Pathet Manyura: akhir cerita

Pembagian ini membantu penonton mengikuti perjalanan tokoh dengan lebih jelas.

4. Jenis dan Bentuk Wayang Kulit
Wayang terbagi dua jenis: wayang tiga dimensi (golek dan klitik) dan wayang pipih (wayang kulit).

  • Wayang kulit terbuat dari kulit sapi atau kerbau, sedangkan wayang golek dari kayu.
  • Karakter perempuan, disebut wayang putren, terlihat lebih feminin dan berbeda dari tokoh pria.

5. Diakui Dunia Internasional
Keunikan wayang kulit membuat UNESCO menetapkannya sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia pada 2003. Pengakuan ini bertujuan melestarikan seni tradisional Indonesia agar tetap dikenal generasi mendatang.

Wayang kulit bukan sekadar hiburan, tapi juga cermin budaya dan kearifan lokal Indonesia yang kaya.dikutip dari RRI.co.id