Sektor Manufaktur Melesat, Pemerintah Optimalkan Stimulus dan Dukungan Padat Karya
2 mins read

Sektor Manufaktur Melesat, Pemerintah Optimalkan Stimulus dan Dukungan Padat Karya

Pemerintah terus mengoptimalkan stimulus ekonomi hingga memperkuat sektor padat karya untuk mendorong pertumbuhan, seiring dengan menguatnya Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang kembali menunjukkan tren ekspansif.

Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, menyampaikan bahwa kebijakan stimulus kuartal IV/2025 diarahkan untuk menjaga momentum pertumbuhan, meningkatkan nilai tambah ekspor, serta mempertahankan ketahanan sektor padat karya.

“Kita terus memperkuat pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan yang terarah, termasuk stimulus kuartal IV/2025, sekaligus mendorong ekspor bernilai tambah dan menjaga ketahanan sektor padat karya,” ujar Febrio dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.

PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif

Selama empat bulan terakhir, aktivitas manufaktur Indonesia menunjukkan penguatan konsisten. Pada November 2025, PMI Manufaktur Indonesia berada di level 53,3, menandakan kondisi ekspansif dan meningkatnya optimisme pelaku industri.

Lonjakan permintaan domestik menjadi faktor utama pendorong peningkatan produksi, penyerapan tenaga kerja, dan aktivitas pembelian pada periode akhir tahun.

Beberapa negara mitra dagang utama juga mencatatkan ekspansi, seperti:

  • India: 57,4
  • Amerika Serikat: 51,9
  • Thailand: 56,8
  • Vietnam: 53,8
  • Malaysia: 50,1

Menurut Febrio, ekspansi di negara-negara tersebut menunjukkan momentum permintaan global yang berpotensi mendukung kinerja ekspor Indonesia ke depan.

Neraca Perdagangan Tetap Kuat hingga Oktober 2025

Hingga Oktober 2025, kinerja perdagangan Indonesia mencerminkan fondasi ekonomi yang solid. Neraca perdagangan mencatat surplus impresif sebesar 35,9 miliar dolar AS, tumbuh 44,1 persen secara kumulatif (ctc) dibandingkan tahun sebelumnya.

Sepanjang Januari–Oktober 2025:

  • Nilai ekspor Indonesia: 234 miliar dolar AS (naik 7 persen)
  • Impor barang modal: naik 18,7 persen

Kenaikan impor barang modal menunjukkan ekspansi kapasitas produksi dan investasi yang lebih kuat, menandakan optimisme sektor industri.

“Dengan capaian ini, Indonesia kian menunjukkan ketahanan sektor eksternal dan peran strategis dalam perdagangan global,” ujar Febrio.

Inflasi Melambat, Stabilitas Harga Terjaga

Per November 2025, inflasi tercatat melambat ke 2,72 persen (yoy) dari 2,86 persen pada Oktober. Perlambatan ini dipengaruhi meredanya inflasi harga bergejolak, yang turun dari 6,59 persen menjadi 5,48 persen (yoy).

Beberapa harga pangan mulai turun, seperti:

  • Beras
  • Cabai merah
  • Daging ayam

Namun, pemerintah tetap waspada terhadap potensi gejolak harga akibat musim hujan dan dampaknya terhadap produksi pangan. Inflasi inti juga stabil di 2,36 persen (yoy), sementara harga yang diatur pemerintah tetap terkendali di 1,58 persen (yoy).

Langkah Pemerintah Menjaga Momentum Ekonomi

Pemerintah tetap fokus menjaga daya saing ekspor dan memastikan pasokan pangan domestik menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru. Upaya yang dilakukan meliputi:

  • Operasi pasar
  • Penguatan stok dan cadangan pangan
  • Intervensi harga
  • Hilirisasi sumber daya alam
  • Diversifikasi mitra dagang melalui perjanjian internasional

“Berbagai langkah dilakukan Pemerintah untuk mengantisipasi gejolak harga akibat cuaca ekstrem, mulai dari operasi pasar, penguatan stok, cadangan pangan hingga intervensi harga,” kata Febrio.

Dengan kombinasi stimulus ekonomi, penguatan sektor padat karya, dan kebijakan stabilisasi harga, pemerintah optimistis dapat menjaga momentum pertumbuhan ekonomi sekaligus memperkuat fondasi industri nasional.

sumber AntaraNews.com